Sabtu, 22 Agustus 2009

puisi ke-3

BUJUK SALADI1


bukit ambar seribu malam, masih bergentayang menyerupa layar bayang bayang
merayapi dusun, perkampungan- perkampungan bertingkah seperti ayunan
berputar menebar sampir kemenyan doa dan daun daun yang terus gagar berlantun
memajang paras senja sore hari, lalu terdendang ke pandan lembut ladang ladang rumput
mengabarkan syair cinta yang lama tersimpan dengan sehelai nyanyian
dari ladang tanah yang terkupas membawa kembali perburuan panjang

dimanakah jejak itu?.
masa kanakku,

sementara dengan perlahan kesiur benak dan kelebat pandangan nanar
di matamu terbang, berhembus gemuruh doa, sejuta garis katulistiwa membentang
dari jarak jantungku seluas kenangan bernganga, menghempas batu batu
pada retina matamu yang tenggelam kebilik jendela penat masa lalu
dengan penuh beragam kuncup bunga bunga. hingga kini kau rindukan
tidur panjang itu. menjala mimpi, menembus tempurung kelam
setelah tertatap gemintang dan remang pengasingan

sudah usaikah perjalanan?

kita sudah mendayung zaman kehancuran
saling berkobar membakari beranda tua itu
tempat leluhur- leluhur dahulu bertapa meluapkan dahaga
memurungkan usia rindu berabad abad tahun penyesalan
sedang kau yang tercipta dari lambung ribuan madungan- madungan2 tanah ini
bertaruh dengan impian naluri yang terus terputar noktah cerita
sambil mendidihkan pohon pohon yang terus tumbang ke tanah asalmu kembali
mentenung suara azad masa silam yang terbuang jauh keunjur waktu

dimanakah jejak itu?.
masa kanakku,

rumbia sejarah di tanah bumi ini
telah teranyam sebatang usia dari jejak- jejak perburuan
mendekap rusuk sukma; tempat lolobaran3 orang orang yang terhiba
yang pernah meninggalkan segerai rambut memutih dibawah pelupukmu
sesaat sebelum tulah dari pagutan sukma terlepas mengejar buru peradaban

duh, gusti.
sungai Cangkreng4
sungai Banggerbung5

burung- burung telah berhinggapan
bersalin tembang senja, hingga kecapi kembali terpetik dalam naluri jiwa

dari tanah asalmu pergi, perburuan panjang
membangunkan nyanyian asing di surau surau desa
seperti puncak menara, berserakan batu saga
kayu kuduk yang terpenggal berjajar sepi melingkari bandar tunggu
kemudian langgeng dalam kenangan jejakmu
dan mereka yang terpulang jauh, dari labuh tanah kelahiran itu
membawa seikat sajen dupa; berisi mantra mantra jaza' 6 yang ditanam
permadani doa restu dan selendir lelantun kidung tua; penghuni bukit Garincang7
tentang tulang tulang perasaan yang tersembunyi lelap; terkabar jauh
ke negeri poles8. menjelma sayup debu, kembang kembang jasad yang bermekaran
pada setiap dataran tanah

dimanakah jejak itu?.
masa kanakku,

dari tanah asalmu pergi kemudian pulang, menata impian yang hilang
hingga kini kau rindukan tidur panjang itu. menyulam kembali
hamparan hamparan mimpi; bias rasa sakit yang tak terperi
dan kemurungan usia sepanjang jalan
dan mereka yang terpulang jauh, dari labuh tanah kelahiran itu
telah kembali menggali hutan kenangan; sebuah tanjung kemenangan
dengan darah perburuan. sambil mengadzankan dendang panjang impian
pada beribu tahun jejak jejak perjuangan

dimanakah jejak itu?.
masa kanakku,

hingga kembali sungai- sungai itu seperti terus mengalir
dari bentang ingatanku yang murung. dan terus berputar
menemu tubuhnya sendiri diantara dua bukit tua itu
dalam pangkuanmu

kemudian ada darah
ada penghidupan Telentean9
menuju alam; mempertaruhkan pengasingan abadi



* catatan:
1. Bujuk Saladi. bujuk; asta/ pemakaman. Saladi; sebuah bukit. konon nama itu diambil dari nama seorang zaman kuno( seorang wali, kyai Saladi) yang meninggal disekitar dataran tinggi (bukit) itu, dan tepat dimakamkan di atasnya. terletak didesa Longos, kec. Gapura, kab. Sumenep.
2. Madungan, sebuah tempat bergoa(seperti goa, tidak dalam dan panjang terusan), tetapi memiliki ciri khas tersendiri. yang hingga kini menjadi kehidupan menata tikar bagi warga setempat, dan juga tempat-tempat peristirahatan.
3. Lolobaran, merayakan hari selamatan(setiap tahun), berziarah ke asta-asta(bujuk), dan kata ini memiliki tafsir dan makna keindahan adat/ kebiasaan tersendiri bagi masyarakat..
4. Sungai Cangkreng, sungai yang menjadi penghidupan/ pemandian warga(kampung setempat) yang berada di desa itu.
5. Sungai Benggerbung, sungai yang mengalir di sebelah selatannya sungai cangkreng. sungai ini dikenal memiliki keghaiban dan ditakuti warga didesa itu.
6. Jaza', seorang leluhur/ wali yang mengajarkan pertama kali tentang ajaran mengenal agama.
7. Bukit Garincang, adalah dataran tinggi yang ada disebelah utaranya Bukit Saladi, mempunyai sejarah tertentu.
8. Poles, nama pohon, yang kini telah menjadi nama sebuah asta leluhur(raja-raja) sumenep pada zaman majapahit dahulu, yang terletak didesa itu.
9. Telentean, sebuah nama kampung kecil yang dahulu masih tidak mengenal ajaran-aajaran agama, ketimbang kampung dan desa-desa yang lainnya, yang terletak didesa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar